Kamis, 30 Agustus 2018

Menguji BMW X3 Generasi Ketiga di Bromo

19.41 0 Comments


Generasi ketiga dari BMW X3 resmi meluncur awal April 2018. Merek otomotif asal Jerman itu mengaku, sambutan dari masyarakat Indonesia terhadap sport activity vehicle (SAV) itu cukup bagus. Secara jumlah penjualan dari keluarga seri X BMW, X3 menduduki peringkat kedua, setelah X1. Oleh sebab itu, harapan BMW pada model tersebut cukup besar, apalagi kini sudah dirakit alias completely knock-down (CKD) di Sunter, Jakarta Utara. Belum lama ini, KOMPAS.com diberikan kesempatan oleh BMW Indonesia untuk menjajal bagaimana performa dan keunggulan dari X3 generasi terbaru itu.

Tempat pengujiannya pun cukup menarik, yaitu di pasir berbisik atau lautan pasir Gunung, Bromo di Jawa Timur. Inti dari test drive kali ini, yaitu menguji kecanggihan sistem BMW xDrive di medan jalan yang cukup berat itu. 

Setelah tiba di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, rombongan media langsung berangkat melewati Probolinggo. Sebelum tiba di Gunung Bromo, berbagai kontur jalan berhasil dilewati dengan tanpa kendala. Sensasi berkendara di jalan Tol (Surabaya-Pasuruan) juga terasa menyenangkan. Suasana kabin yang begitu nyaman, ditambah kekedapan maksimal memberikan pengalaman tersendiri berada di balik kemudi X3 generasi ketiga ini.

Sensasi berkendara di jalan Tol (Surabaya-Pasuruan) juga terasa menyenangkan. Suasana kabin yang begitu nyaman, ditambah kekedapan maksimal memberikan pengalaman tersendiri berada di balik kemudi X3 generasi ketiga ini. Posisi duduk di jok pengemudi bisa diatur secara elektronik sesuai dengan tingkat kenyamanan masing-masing. Begitu juga dengan setir yang bisa dinaik, dan turunkan sehingga sopir mendapatkan sensasi berkendara maksimal. Apalagi, X3 ini sudah tersedia fitur Dynamic Cruise Control, sehingga sesekali apabila kondisi jalan memungkinkan bisa diaktifkan. Cara mengoperasikannya pun cukup mudah, sopir cukup mengatur tombol yang ada di setir kemudi.

Kecepatan yang diinginkan bisa di naik turunkan melalui tombol plus dan minus. Fitur ini pun akan bekerja apabila kecepatan minumum 40 kpj. Memasuki kawasan Gunung Bromo, jalan mulai menanjak. Rasa percaya diri sudah muncul ketika melintas di jalan bebas hambatan, kenapa karena tenaga yang dihasilkan oleh mesin 2.0-liter TwinPower Turbo, empat silinder begitu melimpah. Terbukti ketika jalan menanjak, sama sekali tidak ada hambatan. Tenaga yang dihasilkan oleh mesin tersebut jika melihat data di atas kertas, yaitu 184 tk dan memiliki torsi 290 Nm, sudah lebih dari cukup.

Pengujian sesungguhnya dimulai di lautan pasir Gunung Bromo. Secara tamilan, X3 ini memang maskulin, tetapi berkat fitur cerdas xDrive memastikan bahwa model ini mampu melibas jalan dalam berbagai kondisi.

Banyak ubahan yang dilakukan BMW pada generasi ketiga X3 ini, penggunaan teknologi EfficientLighweight pada konstruksi mesin, sasis dan suspensi. Fungsi utama memungkinkan distribusi bobot 50:50 yang sempurna dan terjadi penurunan bobot hingga 55 kg. Fitur xDrive ini diuji dengan melewati berbagai rintangan, seperti lintasan X-track yang memberikan kesempatan untuk melakukan slalom di atas pasir dengan lintasan yang cukup ekstrem.

Rintangan selanjutnya, X-Perience dengan disediakan berbagai rintangan untuk memperlihatkan bagaimana fitur xDrive bekerja dengan maksimal apabila melewati kondisi jalan yang sangat buruk, seperti kedua ban tidak mendapatkan traksi, tetap bisa berjalan dengan normal karena fitur tersebut bekerja dengan baik. Berkat teknologi permanan all-wheel drive ini, mobil akan diberikan traksi terbaik pada semua permukaan jalan. Hal tersebut bisa terjadi karena distribusi torsi pintar, di mana pada akhirnya menghasilkan peningkatan dinamika berkendara dan keamanan.

Sistem cerdas BMW ini menyatu dengan fitur Variable Sport Steering dan Performance Control yang secara otomatis akan memberikan streering feedback terbaik, mendistribusikan tenaga mesin dan fungsi pengereman pada keempat roda dalam kecepatan tinggi untuk memungkinkan menuver.

Hebatnya lagi, beberapa fitur lain ikut terintegrasi dengan xDrive, misal Dynamic Traction Control, sistem asistensi Dynamic Stability Control, hingga Hill Descent Control, sehingga dapat menjadi sistem keselamatan pasif, membantu pengemudi di kontur jalan menanjak atau bermanuver dalam kecepatan tinggi. Ketika melewati medan jalan yang sulit, misal roda depan sebelah kanan dan belakang kiri tidak mendapatkan traksi atau slip. Fitur xDrive itu akan bekerja dengan sendiri, tanpa pengemudi harus menekan tombol apapun.

Pengemudi hanya cukup menginjak pedal gas dan menyesuaikan dengan kondisi jalan seberapa kencang mobil itu harus melaju dengan aman. Berjalan di atas pasir pun tidak menggunakan ban khusus alias bawaan standar dengan pelek berukuran 19 inci. Semua rintangan berhasil dilewati dengan baik, pada intinya xDrive ini merupakan fitur yang sangat pintar, dan mampu menjadikan X3 ini jagoan di lintasan aspal ataupun off-road sekalipun.

Poin positif untuk BMW X3 generasi ketiga ini sangat banyak apabila harus diuraikan. Namun, fitur yang paling berkesan, yaitu xDrive karena benar-benar pengemudi akan dimudahkan sekali ketika melewati jalan yang menantang seperti tanjakan, hingga jalan licin. Sopir cukup menyesuaikan kecepatan dan pengereman sesuai dengan kondisi jalan yang akan dilalui, karena fitu tersebut bekerja dengan sendiri tanpa harus menekan atau memindahkan tombol apapun.

Meski begitu, poin negatif buat mobil seharga Rp 1.009.000.000 off-the road tetap ada. Sejauh KOMPAS.com mengendarai dari Surabaya hingga ke Gunung Bromo, Jawa Timur, satu yang paling disayangkan, yaitu tidak tersedia paddle shift. Dengan harga segitu, fitur yang ditawarkan pada mobil sekelas Honda Jazz harusnya wajib tersedia. Tetapi, secara keseluruhan X3 ini cukup pantas untuk dipertimbangkan oleh masyarakat Indonesia.

sumber : otomotif.kompas.com

Selasa, 28 Agustus 2018

Alasan Terra Masih Saudara Sedarah dengan Navara

18.35 0 Comments
terbaru milik Nissan, Terra, merupakan produk pertama yang meluncur dari proyek jangka menengah “Nissan M.O.V.E to 2022”. Namun, salah satu produsen otomotif Jepang ini tak memilih untuk mengembangkan platform baru. Terra masih saudara sedarah dengan pikap Navara, karena menggunakan basis ladder frame yang sama. Nissan juga tak memilih menggunakan milik aliansinya Mitsubishi, pada Pajero Sport yang terbukti laku di pasar domestik Indonesia.

“Kami memperhitungkan semua kemungkinan terkait platform masa depan, termasuk soal berbagi basis dengan aliansi,” ujar Yutaka Sanada, Regional Senior Vice President, Head of Nissan Asia & Oceania Operation, Senin (28/5/2018)

“Namun pada momen ini, Nissan memiliki kepercayaan diri yang kuat untuk menggunakan platform sama yang sudah ada. Pasalnya seperti yang sudah saya katakan, frame ini sangat potensial, dan strukturnya simple,” ujar Sanada.

Meski begitu, Sanada tetap bersikeras kalau frame yang digunakan pada Terra jauh berbeda dengan Navara, lantaran berbagai improvisasi. “Namun di sini (Terra) kami menambahkan sistem body reinforcement, yang membuatnya benar-benar berbeda. Iya sangat berbeda total dengan Navara,” ujar Sanada.

Sanada melanjutkan, kelebihan lainnya di mana market seperti Asia Tenggara, Filipina dan Indonesia, medium SUV berbasi ladder frame cukup bagus permintaannya. Frame tersebut juga sangat fleksibel untuk mengikuti kebutuhan pasar

“Frame yang digunakan ini cukup fleksibel, di China kami bisa buat ini 5-penumpang tapi di Asia Tenggara menjadi 7-penumpang. Karena itu kami selalu meng-highlight frame SUV ini yang kami gunakan untuk line up kami, buat jangka menengah atau panjang,” ujar Sanada. “Apalagi di Asia Tenggara, di mana kebutuhan konsumen masing-masing negara berbeda karena kondisi market, jadi fleksibilitas menjadi penting buat kami,” ucap Sanada.

sumber : otomotif.kompas.com

Jumat, 24 Agustus 2018

Estimasi Biaya Restorasi "Defender Jokowi" Tembus Ratusan Juta Rupiah

21.58 0 Comments
Land Rover Defender 110 County yang digunakan Presiden Joko Widodo saat meninjau tol baru jadi perhatian. Pasalnya, kondisi bodi sangat rapi seperti baru. Dinilai dari kondisinya, kemungkinan besar model pikap atap lunak itu adalah hasil restorasi tangan ahli.

Biaya restorasi Defender tidak murah, satu hal yang sulit karena bodinya dibuat dari alumunium, kata Andre Mulyadi, builder dari Signal Kustom. Bengkel yang mengerjakannya harus spesialis karena pengelasannya juga dilakukan pakai alumunium

Perbaikan bodi baru satu masalah. Andre juga mengatakan, dibutuhkan banyak usaha untuk sektor mesin, pelek, kaca, dan perlengkapan bodi yang lain. Apalagi, jika tujuan utamanya menggunakan komponen orisinil. “Estimasinya ya sekitar Rp 250 juta–Rp 500 juta,” kata Andre, Jumat (3/11/2017).

Hampir serupa dengan Andre, Yosef Bee dari H20 Bodyworks mengatakan, estimasi restorasi Defender itu sekitar Rp 200 juta–Rp 300 juta. Perkiraaan biaya dihitung dari kondisi "bangkai”.

“Kalau pikap enggak sampai (Rp 500 juta). Paling mahal biaya untuk ruang mesin, girboks, dan transfer case, sama peralatan pendukungnya. Rp 200 juta–Rp 300 juta itu campur antara barang baru dan bekas. Kalau baru semua, bisa meledak lagi harganya,” ucap Yosef.

 Defender adalah model ikonis dari daratan Inggris. Produksi Defender pertama mulai diproduksi pada 1983 oleh British Leyland, jauh sebelum Jaguar Land Rover yang mulai melakukannya pada 2009

 Jaguar Land Rover sudah memutuskan menghentikan produksi Defender pada Januari 2016 untuk digantikan model baru yang lebih modern.  

sumber : otomotif.kompas.com

Kamis, 23 Agustus 2018

Inspirasi Bikin DFSK Glory Tampil Lebih Kekar

01.29 0 Comments

Tanpa ada produk baru, PT Sokonindo Automobile tetap memberikan suguhan menarik dalam ajang Gaikindo Indonesia Inernational Auto Show (GIIAS) 2018. Salah satunya seperti konsep modifikasi dari SUV andalanya, DFSK Glory 580.

 Bermodalkan tampilan standar, namun kesan gagah dari sebuah SUV dihadirkan melalui ubahan ringan pada sektor kaki-kakinya. Melihat dari tampilannya, DFSK ingin menunjukan kesan yang lebih macho dari Glory dengan menggunakan konsep semi off-road.

Ubahan mendasar yang dimainkan adalah dengan melepas pelek standar bawaan pabrik. Setelah itu diganti menggunakan keluaran aftermarket berdimensi 17 inci dengan model CE28 10 spoke yang dikemas dalam balutan warna bronze.

Tidak hanya pelek, agar nuansa adventure dari SUV yang memiliki garansi 7 tahun ini makin keluar, maka pelek tadi ikut dipadukan dengan ban All Train (A/T) Dessert Hawk keluaran Achilles berdimensi 225/65. Secara struktur, ban ini memang memiliki spesifikasi cukup mempuni melahap medan semi off-road maupun aspal mulus perkotaan. Ubah lainnya, PT Sokonindo Automobile juga menyematkan roof rack pada bagian atap yang berguna sebagai kompartemen tambahan. Menariknya lagi, roof rack tersebut sudah dilengkapi dengan lampu tembak LED pada bagian depan yang makin menambah kental nuansa petualangnya.

Seperti diketahui, selain memang memiliki gen kendaraan SUV, di atas kertas spesifikasi Sokon Glory 580 memang cukup bertenaga yang disajikan dalam dua pilihan mesin, yakni 1.800 cc dan mesin turbo 1.500 cc. Karena itu, konsep modifikasi semi off-road yang dihadirkan masih cukup senada dengan status Glory. Hadirnya konsep modifikasi ini, bisa menjadi salah satu "contekan" bagi para pemilik Glory 580 yang ingin mengubah kaki-kaki Glory menjadi lebih kekar.

sumber : otomotif.kompas.com

Kamis, 16 Agustus 2018

Penjualan Negatif di GIIAS 2018, Ini Kata Toyota

00.04 0 Comments

PT Toyota Astra Motor (TAM) menuai surat pemesanan kendaraan (SPK) lebih sedikit pada GIIAS 2018, jika dibandingkan dengan pameran otomotif yang sama pada 2017 lalu.

Penurunannya bahkan mencapai dua digit atau sebesar 15,61 persen menjadi 6.022 unit. Padahal pada tahun lalu perolehannya bisa mencapai 7.136 unit.

Menanggapi hal tersebut, Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor menganggap GIIAS kali ini target utama tercapai, di mana apresiasi pengunjung pada eksibisi teknologi dan inspirasi sangat positif.

Terkait faktor penurunan pengunjung dibanding tahun lalu, Soerjopranoto menyebut itu belum tentu berefek langsung, pada pencapaian penjualan, karena soal itu faktornya banyak.